Cinta Bahasa Indonesia

Cinta Bahasa Indonesia

Bahasa adalah identitas bangsa. Bahasa adalah jati diri bangsa. Bahasa membedakan suatu bangsa dari bangsa lain. Sebagai bangsa Indonesia, bahasa Indonesia adalah identitas kita. Bahasa Indonesia adalah jati diri kita. Ini tentu sebuah kebanggaan. Namun sayang, banyak anak bangsa sekarang yang tak bangga dengan identitas itu. Mereka dilanda kegamangan jati diri. Disebut orang Indonesia tulen bukan. Karena bicara bahasa Indonesia pun campur-campur dengan bahasa asing (baca: nginggris) seperti es campur. Disebut orang asing apalagi. Bicara bahasa asing pun dicampuradukkan dengan bahasa Indonesia. Lebih tepatnya jati diri mereka disebut dengan jati diri gado-gado.
Jati diri gado-gado. Ya, itu pantas disematkan pada orang Indonesia yang tak bangga/tak cinta dengan bahasa ibunya (bahasa Indonesia). Mungkin ada orang yang tak ambil pusing dengan masalah ini. Mungkin ada yang menganggap sepele hal ini. Mereka acuh tak acuh seraya berkata: “Emang gue pikirin, masalah buat loe”. Itulah contoh anak bangsa yang tak tahu malu. Anak bangsa yang tak berkepribadian. Saya bukannya anti bahasa asing (bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya). Justru ditengah arus globalisasi sekarang ini, setiap kita perlu menguasainya. Namun tempatkanlah itu sesuai dengan “konteksnya”. Saya kira kita semua paham dengan arti “konteks” yang dimaksud.
Miris hati melihat bahasa Indonesia dianggap “sampah” oleh anak bangsanya sendiri. Usang, ketinggalan zaman. Tak laku dalam era globalisasi saat ini. Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa Indonesia tak lagi dianggap “sakral”. Ketika ada orang-orang yang mencoba untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar, justru diejek dan ditertawakan. Banyak juga orang-orang yang menganggap remeh bahasa Indonesia. Katanya bahasa Indonesia itu bahasa yang miskin kosakata. Padahal kalau kita mau buka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ada begitu banyak kosakata yang mungkin terdengar asing ditelinga kita.
 Kegamangan identitas semakin masif melanda bangsa ini. Apabila gejala ini tidak disikapi mulai dari sekarang maka lambat laun bahasa Indonesia akan hilang ditelan zaman. Lambat laun bangsa ini akan kehilangan identitasnya. Semua kembali pada diri masing-masing. Kita tidak usah lihat orang lain. Berkaca pada diri sendiri saja. Sudah sejauh mana rasa cinta kita kepada bahasa Indonesia selama ini? Mari renungkan itu. Patut disyukuri jika ada diantara kita “tersadar” dari kegamangan identitas ini. Bagi mereka yang tidak, apa boleh buat. Kita tidak bisa memaksakannya. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah mencoba menularkan itu kepada orang-orang yang masih bisa “dipengaruhi dan diarahkan”. Terutama kepada anak-anak kita yang ada dirumah. Kenalkan Indonesia kepada mereka. Mari ajarkan bahasa Indonesia kepada anak sejak dini. Perkenalkan mereka kepada bahasa Indonesia yang baik dan benar. Didik mereka agar mencintai bahasa dan negerinya. Disini peran orang tua sangat penting. Orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. Kita tentu menginginkan bangsa kita menjadi bangsa yang bisa bersaing di dunia global.
 Mungkin ada diantara kita yang pesimis melihat masa depan negeri ini. Hal itu wajar, apalagi ditengah kondisi bangsa yang morat-marit. Tapi bagi saya, selalu ada masa depan yang cerah yang pasti telah Tuhan siapkan bagi negeri ini. Itu hanya akan terwujud jika kita sebagai anak bangsa belajar untuk terus mencintai negeri ini. Satu hal yang bisa kita lakukan adalah belajar untuk mencintai bahasa Indonesia. Kalau rasa cinta itu sudah kita pupuk maka mustahil kita tidak berbuat bagi bangsa ini.

Daftar Pustaka :
http://www.kompasiana.com/paul_septinus/cintai-bahasa-indonesia-sejak-usia-dini_551745b5a333114907b659c7



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apakah hewan memiliki bahasa ?

Hubungan teori, kritik, dan sejarah sastra

Rangkuman Sastra Anak